Tip mengelola emosi dan mental saat posisi roda di bawah, bagaimana cara Anda berprasangka baik dengan Sang Maha Pencipta dan mengakui rasa kecewa, sakit dan luka itu tanpa marah dengan Sang Pemberi Keputusan? Bagaimana cara Anda mendalami dan mengais maknanya secara jangka panjang?
Dalam hidup ini tentu tidak mungkin segala hal terjadi sesuai dengan kehendak kita. Saat berselancar di media sosial, saya menemukan satu status dari teman. Jika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita mau, berarti kita sedang menjalankan apa yang Allah mau. Saya setuju dengan pernyataan tersebut.
Bukankah hal ini sejalan dengan konsep takdir dan qada' (ketentuan Allah). Umat Islam diajarkan untuk menerima takdir dengan sabar dan ikhlas, serta meyakini bahwa Allah memiliki rencana terbaik. Rasa kecewa, sakit dan luka itu manusiawi hadir. Apakah kita lantas marah pada Sang Pemberi Keputusan? Seyogianya, kita sudah meyakini bahwa segala keputusan-Nya adalah yang terbaik.
Untuk sampai pada tahap memahami hasil akhir dari sebuah proses ini pun bukan hal mudah bagi saya. Menilik ke belakang, tentang rencana yang tidak berjalan sebagaimana yang diinginkan, tentang impian yang belum lagi menjadi kenyataan, dan dengan harapan yang belum lagi mendekati hilal.
Mendalami dan mengais makna saat posisi roda di bawah secara jangka panjang bukan proses yang mudah. Terlalu sering jatuh, patah, seolah hendak mengiyakan sebuah keputusan untuk berhenti saja. Ya, bukan lagi jeda untuk mengumpulkan energi, tetapi benar-benar berhenti!
Saya pernah hibernasi dari dunia literasi. Sekitar satu atau dua tahun, saya menjauhi segala aktivitas literasi. Satu contoh yang saya ceritakan hari ini mungkin akan membuka luka lama, tetapi tidak mengapa, karena sejatinya setiap rekam jejak kehidupan kita bisa membawa sebuah pelajaran di masa mendatang. Baik semoga terulang. Buruk jangan lagi datang.
Pasca saya kehilangan notebook karena sebuah kelalaian, saya benar-benar tidak lagi menulis. Dirundung kesedihan berhari-hari. Saya keluar dari grup kepenulisan dan tidak lagi membuka media sosial karena semua aktivitas literasi terhubung di sana.
Namun ternyata bagian kosong itu mulai terasa di hati. Apalagi saat saya tanpa sengaja melihat atau mendengar kabar teman-teman seperjuangan di dunia literasi berhasil meraih impian mereka, entah karya terbit di media, naskah diterima penerbit mayor, hingga memenangkan lomba atau sayembara.
Jika saya pernah mengungkapkan di blog bahwa menulis adalah laksana terapi, bagi saya itu sangat terbukti. Meninggalkan dunia literasi tidak membawa suka dan menyembuhkan luka. Sebaliknya, ketika perlahan saya membuka diri kembali, bagian kosong itu seolah kedatangan penghuni yang tidak hanya membuat ramai tetapi juga mewarnai.
Lalu saya menyadari bahwa saat posisi roda di bawah, berprasangka baik dengan Sang Maha Pencipta dan mengakui rasa kecewa, sakit dan luka itu tanpa marah dengan Sang Pemberi Keputusan memang sulit, tetapi bukan berarti tidak mungkin.
Tip Mengelola Emosi dan Mental Saat Posisi Roda di Bawah
Ini adalah ketentuan terbaik
Ketentuan terbaik ini adalah poin pertama. Jika saat ini roda ada di bawah, berarti sebelumnya roda ada di atas. Jika tidak, berarti setelahnya. Roda berputar sesuai dengan ketentuan-Nya.
Tidak membuka media sosial dalam jangka waktu tertentu
Jika ini berhubungan dengan satu hal yang membuat hati terkenang pada rasa kecewa, sakit dan luka, saya tidak akan membuka media sosial selama beberapa waktu sampai akhirnya saya belajar perlahan seperti poin pertama.
Jangan berhenti menulis
Satu kesalahan saya di masa lalu adalah berhenti menulis. Padahal, menulis rasa kecewa, sakit dan luka dalam blog atau buku adalah salah satu cara ampuh mengelola emosi dan mental saat posisi roda di bawah.
Mendalami dan mengais makna saat posisi roda di bawah secara jangka panjang bukan mudah, tetapi bukan berarti sebuah kemustahilan. Perlu kerja keras dan kerja cerdas agar hidup ini dapat dijalani dengan ikhlas sesuai keputusan-Nya. Karena rasa kecewa, sakit dan luka akan menjadi warna-warni kehidupan seorang hamba. Tidak bisa mengelak, lebih baik berlaku bijak.
Posting Komentar